Kamis, 20 November 2014

RESENSI BUKU : PENGARANG TELAH MATI (Karya: Sapardi Djoko Damono)


RESENSI BUKU: PENGARANG TELAH MATI


Judul Buku                  : Pengarang telah Mati (Segenggam Cerita)
Penulis                         : Sapardi Djoko Damono
Penerbit                       : Yayasan INDONESIATERA
Tanggal Terbit            : Cetakan Pertama, Juli 2001
Jumlah Halaman       : 156 halaman
Ukuran Buku              : 21 cm
Kategori                       : Kumpulan Sajak dan Prosa
Harga                           : - (sumbangan)

            Buku kumpulan sajak dan prosa ini merupakan kumpulan karya yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono atau yang biasa disebut SDD. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940 merupakan salah satu sastrawan angkatan ’66. Karya pertamanya bertajuk “Duka-Mu Abadi” (1969) membuat namanya mulai diperhitungkan sebagai salah satu sastrawan besar Indonesia. Karya Populernya antara lain puisi yang berjudul  Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, dan Pada Suatu Hari Nanti.

            Dalam buku ini terdiri dari 27 sajak dan 1 cerpen utama dengan judul “Pengarang telah Mati”. Secara garis besar cerita yang digambarkan berlatar belakang tahun 1998 dimana saat itu indonesia sedang dalam kondisi bergejolak menuntut adanya reformasi. Yang unik dari cerita ini adalah sudut pandang cerita dan jalan ceritanya. Diceritakan tokoh Sukram yang merupakan tokoh utama dalam cerita yang sedang ditulis oleh seseorang –yang tidak disebutkan namanya— yang baru seminggu lalu meninggal. Sukram yang merupakan tokoh dalam cerita ini, meminta seseorang teman pegarang yang sudah meninggal itu untuk segera menyelesaikan kelanjutan dari cerita yang dituliskan pengarang sebelumnya. Seperti yang dituliskan pada halaman 46.

            “Kalau memang boleh ya saya minta saudaralah yang melakukannya. Dan lagi, kenapa pengarang itu seenaknya saja mati dan meninggalkan ciptaannya belum selesai? Mana tanggung jawabnya?”
            “Atas nama rekan-rekan, saya mohon Saudara berbuat sesuatu agar kami tidak lagi dihantui kebingungan yang pasti tidak akan ada selesainya.”

            Cerita dimulai dengan pengenalan tokoh. Sukram, seorang sarjana pulang dari studi lanjutannya di salah satu universitas di Amerika. Di negara tersebut ia memiliki pacar yang bernama Ida seorang perempuan muda. Sedangkan di Indonesia Sukram telah memiliki Istri bernama Minuk dan anak yang bernama Esa. Ada pula Rosa, salah satu mahasiswa Sukram di Indonesia dan juga Yatno dan Bonar sebagai teman Sukram di Indonesia.


            Pada “FILE 1” di ceritakan Sukram yang akan kembali ke Indonesia dan membahas kisahnya dengan Ida selama mereka di Amerika. Walaupun mereka bukan pasangan suami-istri, Sukram dan Ida tinggal di satu aprtemen. Ida mengetahui kalau Sukram sudah memiliki istri dan anak di Indonesia, namun ia tidak bisa melepaskan Sukram dan meminta pengakuan kepada Sukram atas statusnya. Selanjutnya, Sukram sudah sampai di Indonesia dan dihadapi dengan situasi huru-hara di Jakarta. Sukram adalah seorang dosen yang disegani mahasiswa dan dosen-dosen lain di kampusnya yang di harapkan ikut membantu secara diplomatik untuk menuntut pemerintah melakukan reformasi. Seminggu ia di Indonesia ia masih saja memikirkan Ida, bahkan ketika bersama Istrinya.

Pada “FILE 5” Sukram mulai berkenalan dengan Rosa, salah satu aktifis di kampusnya yang membantu Sukram memantau situasi para mahasiswanya yang turun kejalan dan menduduki gedung DPR.  Diam-diam Sukram mulai menyukai Rosa, karena Rosa selalu mengantar Sukram pulang dari kampus. Dari pertemuan yang intens itulah benih-benih cinta pada Rosa mulai tumbuh. Suatu ketika Ida mengirim email kepada Sukram agar Sukram kembali ke Amerika dan menemuinya. Namun, di akhir cerita Sukram mengatakan tidak bisa kembali ke Amerika karena ia harus menemani istri dan anaknya, di tambah lagi dengan kondisi Jakarta yang saat itu masih panas atas aksi demo-demo mahasiswa.

Ketika pertama membaca cerpen ini, sekilas pembaca akan mengira bahwa tema dari cerita ini seputar perselingkuhan. Hal ini di dukung penggalan cerita dari halaman 82

“Sampaikan salam untuk isterimu. Aku kenal sekali wajahnya meskipun belum pernah bertemu dengannya. Potretnya kaupasang di kamar dorm-mu itu.”

Atau pada halaman 110-112

Aku sudah menerima e-mailmu yang ringkas itu, ida. Aku tidak bisa. Engkau adalah oasisku. Istri dan anakku. Aku tentu saja berjanji untuk tetap menunjukkan telunjukku, kalau nanti kita ketemu sehabis masa studimu….

Aku tahu, kau akan tetap terselip di antara huruf-huruf dalam buku yang kubaca, diantara butir-butir udara yang kuhirup, bahkan disela-sela sel-sel darah yang menghidupkanku….

Namun, ketika sudah membaca ceritanya hingga kebagian tengah cerita pembaca bisa menemukan persoalan lain, yaitu tentang masalah politik dan masalah reformasi kekuasaan yang dituntut oleh para mahasiswa. Seperti kutipan pada halaman 72

…. Mereka itulah yang mengatakan bahwa sekarang ada tiga kekuatan besar yang sedang berhadap-hadapan. Pemerintah yang korup, Mahasiswa yang militant, dan opurtunitis politik, mahsiswa harus tidak bergeser pada tujuan semula yaitu menumbangkan tatanan yang sudah direkayasa selama tiga puluh tahun ….

            Salah satunya yang menarik dari cerpen ini adalah cerita ini memiliki beberapa sudut pandang.
Pertama, Sukram adalah tokoh dalam cerita yang belum selesai ceritanya, namun pengarang yang membuatnya telah meninggal dunia.

Saudara, saya adalah salah seorang tokoh sebuah cerita yang ditulis seorang pengarang minggu lalu, meninggalkan ceritanya belum selesai. Maksud saya, sebelum sempat menyelsaikan ceritanya ia meninggal dunia. Saudara juga sempat melihat jenazahnya, bukan? wajahnya tentram sekali, seolah ia tidak punya masalah meninggalkan dunia ini. Padahal ia masih punya masalah besar, yakni menyelesaikan ceritanya.

Tokoh utama yang diberi nama Sukram oleh pengarang yang belum tahu wataknya, yang masih ada dalam beberapa file :

Saya hanya ada dalam beberapa file di komputernya. Begitu berbagai-bagainya sehingga saya benar-benar tidak tahu watak saya apa. Ia seenaknya memberi nama saya sukram ….
 
Tokoh utama dalam cerita (Sukram) meminta seseorang untuk menyelesaikan jalan ceritanya :

Kalau memang boleh ya minta Saudaralah yang melakukanya. Dan lagi pengarang itu seenaknya saja mati dan meninggalkan ciptaanya belum selesai? Mana tanggung jawabnya? ….

Kedua, munculnya peran AKU sebagai sudut pandang orang ketiga mahatahu yang diminta untuk menyelesaikan cerita tentang tokoh Sukram.

Halaman 99
Lama-lama aku jengkel kepada tokoh fiksi itu. Ia seolah-olah memaksaku menjadi pengganti sahabatku yang meninggala dunia sebelum menyelesaikan critanya. Aku tidak bisa mengatakan apa pun kepadanya….

AKU bertanya-tanya mengapa pengarang men-delete file-file tertentu dalam cerita

Halaman 110
….aku mulai bertanya-tanya kenapa sehabatku itu men-delete file-file itu. Untung, setidaknya bagi Sukram, sahabatku belum sempat mengosongkan tempat sampah di komputernya itu…

Kelebihan:
1.      Walaupun cerita Pengarang Telah Mati merupakan karya sastrawan besar sekelas SSD, tapi bahasa yang di gunakan tidak terlalu berat. Cocok untuk pembaca yang ingin mencoba membaca karya-karya sastra lama.
2.      SSD menggunakan diksi-diksi yang tidak biasa seperti Oase, Desiran Pasir, Mawar Kekuningan, dan lain sebagainya.
3.      Penggambaran suasanya dalam cerita berhasil membuat pembaca merasakan panasnya masa-masa reformasi tahun 1998.


Kekurangan :
1.      Walaupun cerita ini sebenarnya berlatar belakang masa reformasi, namun intrik perselingkuhan sangat kental di dalamnya. Ada beberapa bahasa yang di sebenarnya cukup vulgar namun dituliskan dengan lebih halus.
2.      Cerita ini tidak cocok untuk bacaan anak-anak atau remaja, karena bahasa yang digunakan ditunjukan untuk orang dewasa.

Kesimpulan:
Cerpen Pengarang Telah mati Karya Sapardi Djoko Damono, merupakan sebuah cerpen yang mengangkat tema tentang “PERTANGGUNG JAWABAN”. Ketegasan kepada seseorang agar bertanggung jawab atas perbuatan yang ia telah berani lakukan dan tidak meninggalkan dengan seenaknya. Hal ini digambarkan oleh tokoh utama yang diberi nama Sukram oleh pengarang. Serta masalah yang dialami Sukram akibat dari tidak adanya tanggung jawab atas komitmen yang dibangun antara ia dengan Istrinya.
Lebih luas lagi, buku ini cocok untuk pembaca yang baru mulai membaca karya-karya sastra lama. Karena di dalamnya, selain cerita Pengarang Telah Mati terdapat pula 27 sajak dan puisi yang bisa dijadikan pembelajaran dalam menulis karya sastra baik puisi, cerpen, maupun prosa.











0 komentar:

Posting Komentar

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates