Jumat, 20 Desember 2013

Daun ( Karya : Sapardi Djoko Damono )

     


    Siapa yang bertanggung jawab bahwa daun berwarna hijau ? Hujan sama sekali tidak memasalahkannya. Ia malah agak heran kenapa muncul pertanyaan semacam itu. Ia tahu benar, meskipun berulang kali diiguyur daun tidak juga luntur. Ia juga suka membersihkan debu yang menempel pada daun sehingga tampak hijau. mungkin matahari yang punya ulah itu ; maksudnya menyulap daun menjadi hijau. Habis, siapa lagi ? 

     Tetapi matahari memang tidak pernah menanggapi pertanyaan yang konyol semacam itu ; ia menikmati tugasnya setiap hari sebagai mata uang terus-menerus mengawasi kita. Diam-diam memang diakuinya bahwa ia juga ikut bertanggung jawab atas itu, meskipun tugasnya juga menyihir daun menjadi kecoklat-coklatan, sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak disukainya.

   Jadi, siapa yang bertanggung jawab ? Angin lagi, juga tidak berminat menjawab pertanyaan aneh itu. Sebenarnya ia malah merasa ikut bertanggung jawab atas kelanjutan tugas yang tidak disukai matahari itu. Ia bertugas menggoyang-goyang daun yang sudah coklat agar lekas gugur, sebab tidak jarang daun tetap bertahan pada tangkainya meskipun tidak hijau lagi. Ia juga tidak menyukai tugas ini, sebab jika ada daun yang bersikeras demikin, ia harus berputar sekencang-kencangnya agar daun itu luruh. Tetapi akibat sampingannya adalah terlalu banyak daun yang masih hijau ikut lepas dari tangkainya. Itu artinya ia bisa dianggap sudah melampaui tugasnya.

          Semua itu tidak menjawab pertanyaan siapa yang bertangung jawab bahwa daun berwarna hijau. Tetapi, siapa pula yang mengajukan pertanyaan itu ? gerutu si tukang kebun.
------

Cinta Dalam Doa



Bagaimana caranya menjelaskan rindu 
kepada seseorang yang entah di mana saat ini
Untukmu yang disana,
terkadang mata ini iri kepada hati
Karena kau ada dihatiku namun tidak tampak di mataku

Untukmu yang disana,
Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih menunggumu
Meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan
Hati ini meyakini bahwa kau ada
Meski entah di belahan bumi mana

Untukmu yang disana,
Mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama
tersenyum menatap rembulan yang sama
di sanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu
Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya
Aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya


 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates