Jumat, 08 April 2016

GANGGUAN ABNORMALITAS: PARAPHILIA

Apakah kalian pernah mendengar istilah Paraphilia? Atau isitah itu masih terdengar asing ditelinga kalian?
Sebenarnya Paraphilia adalah kondisi dimana gairah dan kepuasan seksualnya berhubungan dengan fantasi atau terlibat dalam kegiatan seksual yang tidak biasa, atau ekstrim. Umumnya paraphilia ini dikarakteristikan dengan adanya impuls atau dorongan akan kegiatan seksual yang tidak lazim tersebut secara intens danberkala. Sebuah Paraphilia bisa berpusat terhadap objek yang spesifik (anak-anak, binatang, sepatu) atau terhadap suatu kegiatan tertentu (memberi atau menerima rasa sakit, mengekspos dirinya sendiri). Paraphilia juga lebih umum terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan. Umumnya fokus dari impuls pada Paraphilia sangat spesifik, dan tidak berubah.

Sering kali, Paraphilia dapat membuat masalah pribadi, sosial, dan karir, dan orang tersebut dapat di label menjadi "aneh" atau "Mesum". Perilaku tersebut juga dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan legal yang serius.

Bentuk-bentuk Paraphilia

1.      Exhibitionism (Flashing)

Eksibisionis adalah Perilaku seseorang secara tiba-tiba memperlihatkan alat kelaminnya terhadap orang asing. Individu yang menderita kondisi ini, merasa sebuah kebutuhan untuk mengejutkan atau membuat kagum korbannya. Kontak seksual terhadap korban oleh penderita eksibisionis jarang terjadi. Individu dengan gangguan ini memiliki hasrat seksual bukan karena ia menunjukan daerah pribadinya pada orang lain, melainkan dari ekspresi sang korban yang terkejut atau takut.

2. Fetishism

Penderita Fetishisme memiliki gejolak seksual yang biasanya terhadap benda mati atau pada hal-hal yang terlihat tidak wajar. Penderita mungkin merasa gairah seksualnya bangkit dengan mengenakan atau menyentuh objek yang bersangkutan. Objek yang menjadi pembangkit gairah penderita ini bervariasi dan spesifik kepada masing masing penderita,  Misal, Objek tesebut bisa berbentuk pakaian wanita, atau hanya sebagian saja seperti Sepatu, pakaian kulit, pakaian dalam. Sebuah kelainan yang serupa, partialism (seringkali dianggap bagian dari fetish) merupakan kelainan dimana menjadi bergairah hanya dengan bagian tubuh yang spesifik, seperti kaki, mata, atau payudara.

3. Frotteurism



Penderita Paraphilia ini mengalami dorongan untuk menggesekan alat kelaminnya terhadap tubuh orang asing. Dalam sebagian besar kasus frotteurism, seringkali pelaku pria menggesekan alat kelaminnya terhadap korban wanita ditempat umum.

4. Pedhophilia

Penderita pedhophilia memiliki fantasi atau dorongan untuk terlibat dalam aktifitas seksual dengan anak anak dan biasanya anak yang dilibatkan berusia 13 tahun kebawah. Perilaku meyimpang ini biasanya termasuk menelanjangi sang anak, menonton video porno, menyentuh alat kelamin sang anak, dan secara paksa melakukan kegiatan seksual terhadap anak tersebut. Beberapa pedofil merupakan ekslusif, artinya mereka hanya tertarik terhadap anak anak dibawah umur, dan sama sekali tidak tertatik terhadap orang dewasa. Beberapa membatasi kisaran targetnya, dari hanya anak-anak mereka sendiri sampai ke kerabat-kerabat didekatnya. Dalam banyak kasus pedhophilia, sering kali pelaku mengancam anak yang menjadi korbannya untuk mencegahnya menceritakan perilaku yang dialami sang korban.

5. Sexual Masochism

Penderita dengan kelainan ini, menggunakan sebuah kegiatan -- yang nyata, bukan dibuat buat-- yang memberikan rasa dipermalukan, disakiti, atau apapun yang membuat pengidap kelainan ini menderita (baik psikologis, fisik, seksual, atau bahkan semuanya sekaligus) untuk mendapatkan kesenangan seksual dan klimaks. Kegiatan ini ada yang hanya sebatas dipermalukan secara verbal, atau dapat melibatkan penyiksaan fisik (seperti pukulan), diikat, atau apapun yang berakhir dengan penyiksaan. Masocis dapat berfantasi dengan cara memotong atau menusuk kulit mereka (priecing), bahkan dengan membakar kulit sendiri (misal memegang setrika panas).

6. Sexual Sadism

Penderita dengan kelainan ini memiliki fantasi yang yang konsisten dimana kesenangan seksual didapat melalui memberikan penderitaan fisik dan psikologi (termasuk mempermalukan dan menteror) kepada pasangannya. Gangguan ini berbeda dari perilaku aggresif dalam aktivitas seksual normal (misalnya, rough sex). dalam beberapa kasus, sexual sadist mampu mencari pasangan yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat sadistik ini.
Dalam bentuk ektrimnya, sexual sadism dapat terlibat pada kegatan illegal seperti pemerkosaan, penyiksaan, atau bahkan pembunuhan, dimana kematian sang korban memberikan pelaku kesenangan seksual.


7. Transvestitism

Kelainan ini, merujuk kepada praktik yang dilakukan oleh pria heteroseksual yang berpakaian dengan pakaian wanita untuk memberikan atau menambah gairah seksual. Gairah seksual ini biasanya tidak melibatkan pasangan secara nyata, namun umumnya melibatkan fantasi dimana sang penderita merupakan pasangan wanitanya sendiri. beberapa pria memakai hanya sebagian pakaian yang di "idolakannya" atau berpakaian sebagai wnita secara keseluruhan.

Penyebab Paraphilia
Dari banyak teori mengenai  etiologi dari Paraphillia, ada hal mendasar yang datang dari perspektif Biologis dan Perilaku. Namun dikarenakan banyak dari penderita maupun orang dekat penderita yang enggan untuk membicarakan tentang Paraphilianya, peneliti sering kali kesulitan untuk melakukan studi secara besar dan menyeluruh. 

Faktor Neurobiologis
Karena mayoritas besar dari penderita Paraphilia adalah laki-laki, maka berekembang spekulasi bahwa androgen (hormon seperti testoteron) mempunyai peran terhadap gangguan ini. Androgen mengatur hasrat seksual, dan hasrat seksual terlihat tinggi diantara penderita Paraphilia. Namun laki-laki penderita Paraphilia tidak terlihat memiliki tingkat testoteron maupun androgen yang terlampau tinggi. Jika faktor biologis memang berperan penting dalam hal tersebut, maka hal tersebut kemungkinan hanyal satu faktor dari kumpulan sebab-penyebab yang kompleks yang mengakibatkan Paraphilia.

Faktor Psikologis
Sebagian besar dari  teori psikologis melibatkan beberapa faktor, seperti Conditioning Experience, Sejarah Relasinya dengan sekitar, penyiksaan, dan Kognisi. Beberapa teoris perilaku melihat bahwa Paraphilia sebagai Conditioning Experience, contohnya dimana seseorang bermasturbasi terhadap gambar seorang wanita yang bersepatu kulit hitam, lama kelamaan orang tersebut dapat beranggapan bahwa sepatu kulit menggairahkan.

Dalam sisi lain, Paraphilia seperti  eksibisionis dan pedhohebephilllic sebagai hasil dari dari kemampuan sosial yang kurang, hal ini didukung oleh penderita Pedhohebillic seringkali mempunyai kemampuan sosial yang buruk. Sejarah masa kanak-anak penderita Paraphilia juga sering kali mengandung unsur-unsur kekerasan, entah itu secara fisik, seksual, dan memiliki hubungan orangtua-anak yang buruk. Meskipun hal tersebut masih tidak dapat dijadikan sebagi keseluruhan sampel. Distorsi kognitif dan sikap juga memiliki peran dalam Paraphilia, pria yang terlibat dalam kegiatan paraphilia yang melibatkan korban wanita sering kali meliliki perilaku yang agresif dan kurangnya empati terhadap wanita. 

Treatment Kasus Paraphilia


Dalam sebagian besar kasus paraphilia, biasanya dirawat dengan konseling dan terapi untuk menolong penderita mengurangi atau mengubah perilaku dan dorongan seksualnya. Pengobtan tertentu mungkin daaot menolong untuk mengurangi dorongan yang tak terkontrol pada penderita. Dalam beberapa kasus, hormon digunakan untuk individual yang mengalami perilaku seksual yang berbahaya secara sering dan berulang. Banyak dari pengobatan ini bekerja dengancara mengurangi dorongan seksual penderita.


Sumber:
Kring, A. M., Johnson, S., Davison, G.C., Neale, J.M., (2011). Abnormal psychology twelfth edition. United States: John Wiley & Sons, inc

Jumat, 29 Januari 2016

SEGALANYA (Karya: Sapardi Djoko Damono)



Karya: Sapardi Djoko Damono
Dalam buku: Melipat Jarak


Segalanya masih akan bersama kamu: awan yang suka tesentak, warna senja yang selalu baru, wajah telaga di belakang rumah, bahkan angin, yang tak pernah kausapa tetapi yang suka menyombongkan diri sebagai yang paling setia selama ini, duduk di pangkuanmu (Jangan ganggu!) Setelah capek menempuh samudra, perbukitan, dan kembali agar bisa didengarnya kata-katamu yang bahkan aku dengan susah payah bisa memahaminya.


Kalau nanti aku, alhamdulillah, harus pergi semua masih akan tetap tinggal bersamamu; ketika kau batuk-batuk dan buru-buru mencari OBH, ketika kau mengecilkan volume ampli ingat tetangga sebelah sedang sakit, ketika kau mendengar jerit air mendidih dan buru-buru menuangkannya ke dalam ember untuk mandi pagi; ya, semua itu masih akan bersamamu ketika aku tak lagi di rumah ini.

Kursi kamar tamu yang dicakar-cakar kucing, lukisan Bali yang miring lagi begitu diluruskan, buku-buku yang bertebaran (Jangan diatur!), meja makan rotan yang sudah bosan politur, tempat sepatu yang penuh bekas bungkus plastik, lemari es yang dengan sabar bertahan belasan tahun, cangkir kopi dan mangkuk untuk sarapan bubur, jam dinding yang detaknya tak kedengaran, kasur, bantal, guling, seprei, pesawat telepon di dekat tempat tidur, telepon selular yang biasanya aku bawa kemana-mana: semua masih akan bersamamu, sayang padamu.


source: goodreads.com

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates