Sabtu, 25 Januari 2014

Bingung milih Universitas...

Hai hai semua, udah lama gak curhat-curhatan di blog ini. Maka dari itu, kali ini aku akan sedikit curhat tentang apa yang lagi gue rasain. Santai-santai, bukan masalah percintaan dan kawan-kawannya ko, tapi ini merupakan masalah serius yang akan kalian hadapi kalau sudah mendekati akhir kelas 3 SMA. YAP ! apa lagi kalau bukan masalah memilih Universitas.



Sebenarnya ini nyambung dengan post-an gue sebelumnya tentang minat bakat gue yang belum “diketemukan” . Dari sisi itu saja udah buat gue bingung. Beberapa macam artikel yang gue baca, selalu menempatkan minat dan bakat di urutan paling atas untuk memilih Universitas idaman, karena kalau tidak sesuai dengan apa yang kita suka nanti kuliah kita jadi ogah-ogahan. Dan inilah masalahnya, apa yang membuat gue benar-benar tertarik ??? -__-

Kalau di ingat-ingat, dari kecil gue pengin banget jadi dokter (seperti kebanyakan anak kecil lainnya). Umur semakin bertambah, mulai ada minat minat lainnya Guru, Dokter hewan, Dosen, Psikolog, sampai jadi tim kesehatan nya sepak bola favorite gue ._. (ini serius). Tapi, semakin  banyak pilihan, semakin bingung juga untuk memilih. Benar sekali ungkapan 
“Hidup itu pilihan, dan pilihan ada di tangan kita”
 Sedangkan tangan kita ada 2, jadi kita akan selalu bertemu yang namanya pilihan. Kanan atau kiri, maju atau mundur, melangkah atau berhenti, suka atau tidak suka, bergerak atau diam. Semua nya pilihan dan semuanya butuh pertimbangan.

Ngomong-ngomong soal pertimbangan, ini juga sisi yang membuat gue bertambah bingung. Gue adalah tipe orang yang “deep thinking”. Hal besar maupun hal kecil di pikirin. Istilah gampangnya terlalu banyak perhitungan. Kalau yang gue baca sih ini memang tipe bawaan dari golongan darah gue yang A. Entah deh benar atau tidak ._.




Contohnya saja adalah, di awal SMA gua pengen jadi psikolog. Orang tua gue masih setuju-setuju aja. Saat di kelas 3, orang tua gue mulai memberikan pendapat. Seperti kebanyakan orang tua lainnya pertanyaan yang muncul pasti “Nanti kerjanya apa ?”. Setelah gue jelaskan orang tua gue mulai paham dan bisa terima. Memasuki pertengahan semester, ibu gue dan beberapa saudara-saudara gue memberikan saran yang intinya gue masuk kedokteran aja. Di kasih pilihan begitu sih gue seneng-seneng aja karena memang gue juga tertarik untuk menjadi dokter. Kemudian keluarlah nilai semester 5, mulai memperhitungkan lagi . kalau lewat jalur undangan sepertinya tidak cukup nilai yang gue peroleh untuk masuk kedokteran. Kalau lewat jalur tes in syaa allah bisa diperjuangkan, tapi biaya nya lebih besar daripada yang lewat undangan. Dapat info seperti itu gue mulai gak tega sama orang tua gue. Oh iya, gue itu anak kedua dan kakak gue juga lagi kuliah di perguruan tinggi swasta yang notabene kata orang biaya nya lebih mahal dari perguruan tinggi negeri sedangkan gue bukanlah dari keluarga kaya. Dari situ gue mencari jurusan-jurusan alternatif untuk jalur undangan yang siapa tahu nilai gue selama 5 semester ini bisa laku di salah satu Universitas Negeri dan bisa meringankan beban biaya untuk orang tua gue.

Dari situ gue mulai mencari info beasiswa-beasiswa. Tapi kebanyakan beasiswa yang ada menitikberatkan untuk calon MABA dari keluarga kurang mampu dan persyaratannya ketat. Kemudian gue mulai cari info beasiswa lainnya, sampai info beasiswa ke luar negeri. Ya, gue sangat tertarik untuk belajar di luar Indonesia. Bukan karena gue meragukan kualitas pendidikan di Indoneisa, namun yang gue pikir hal ini untuk sekedar cari pengalaman  dan memperbanyak “link” pertemanan. Dan siapa tau ilmu yang gue dapat bisa berguna untuk Indonesia kedepannya (aamiin). Tapi ada satu masalah mendasar yang mengganjal gue, kemampuan bahasa inggris gue yang pas-pasan -_- ini nih yang membuat gue pesimis duluan. Tapi boleh lah coba daftar-daftar, siapa tahu rezeki nya di situ hehehehe.

Kemudian ada lagi masukan dari A, B, C, D, dan lain-lain. Yang bilang pikirkan nanti kedepannya, kerja nya apa, yaa semacam itulah. Tapi gue kurang setuju sama orang yang memberi pandangan dengan kata-kata “Jangan masuk jurusan ini, nanti mau jadi apa ? kerjanya gmna ? biasanya gaji nya kecil kalau kerja itu”. HEI ! dunia ini bukan sekedar mencari uang, gue gak munafik kalu kita itu memang butuh yang namanya uang, tapi yang seharusnya menjadi fokus utama kita saat kuliah itu untuk mendapatkan ilmunya. Sekali lagi ILMU. Rezeki kita sudah ada yang mengatur, kalau saat kuliah yang kita pikirkan hanyalah “Lulus-kerja-cari duit sebanyak-banyaknya” takutnya malah gak berkah nanti. Karena niatnya untuk duniawi. Mungkin dulu gue juga berfikiran seperti itu, Kalo gue masuk jurusan ini nanti gue kerja apa ? penghasilan gue gimana ? apa cukup buat nanti ketika gue sudah berkeluarga ?. Tapi semakin kesini gue semakin sadar bukan itu tujuan utama kita. Di tambah di agama gue yaitu Islam yang di utamakan itu Ilmu yang bermanfaat bukan harta sebanyak-banyaknya. Kalau menurut gue sih yang pas itu Kuliah-dapat ilmu-ilmunya bermanfaat-ilmunya bisa diterima, kerjaan akan datang sendiri nantinya. 

Gue pernah baca kata-kata dari salah satu kakak kelas gue yang bunyinya “Hampir aja ke doktrin sama kata-kata ‘belajar mati-matian buat dapetin Universitas impian’, padahal bukan itu tujuan utama hidup kita”. YAP ! gue setuju banget. Dan semoga gue juga gak “kemakan” sama doktrin-doktrin semacam itu nanti.

Dan akhirnya.... gue masih aja bingung mau mendaftarkan nama gue di jurusan apa hehehe . Doakan saja semoga hati gue makin di tetapkan sama ALLAH SWT untuk memilih dan menentukan mana yang terbaik untuk gue, keluarga, dan orang-orang di sekitar gue. Aamiin...




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates