Hai sahabat
sukses! Kali ini aku akan membahas hal yang sering kita alami, tapi sering pula
kita tidak menyadarinya. Apakah itu? Sering kali kita menyebut hal ini dengan
Stres. Pertanyaan awalnya adalah, apa stres itu sebenarnya? Apakah stres itu
identik dengan seseorang yang memiliki masalah dengan kejiwaannya?
Pasti banyak
orang awam yang berpikiran seperti itu, namun stres sendiri memiliki beberapa
pengertian..
Menurut J.P Chaplin dalam
Kamus Lengkap Psikologi mengatakan
“Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun
psikologis.”
Menurut Atkinson (1983)
“Stres terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka
rasakan sebagai ancaman kesehatan fisiknya maupun psikologisnya.”
Menurut
Lazaruss (dalam Rod Plotnik 2005:481)
“Stres adalah rasa cemas atau terancam yang
timbul ketika kita menginterprestasikan atau menilai sesuatu situasi melampaui
kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.”
Kita semua pasti pernah mengalami yang namanya stres, tetapi sebenarnya stres tidaklah selalu buruk. Stres dalam tingkat yang sedang itu perlu, untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada sesuatu hal yang seddang kita hadapi dan juga untuk melakukan penyesuaian. Hidup yang terlalu tenang juga akan menjemukan dan membuat kita cepat bosan. Betul tidak?
Namun ada pula
stres yang tidak baik, yaitu stres yang terlalu kuat dan bertahan lama. Contohnya
adalah ketika kita dihadapkan suatu permasalahan, kita merasa tidak bisa
menghadapinya sendirian. Namun permasalahan itu tidak cepat kita selesaikan dan
tetap memendamnya sendirian, lama-lama masalah itu terlalu kuat dan akan menyebabkan
kita menjadi stres. Stres yang seperti inilah yang bisa mengganggu jasmani
serta rohani bagi yang menderitanya.
Keadaan
sosial, lingkungan dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap
peristiwa tersebut dinamakan respon stres
atau stres. Stres yang dirasakan seseorang bisa berbeda-beda tingkatannya,
walaupun peristiwa yang dialami itu sama. Peristiwa tertentu dapat membuat
seseorang mengalami stres berat, namun bisa saja bagi orang lain itu hanya
menimbulkan stres ringan. Tergatung dari bagaimana individu itu menanggulangi
masalah yang mereka hadapi.
- Beberapa Penyebab Timbulnya Stres
Sebenarnya apa
sih penyebab kita bisa merasa stres? Sebenarnya ada beberapa penyebab,
tergantung pada individu itu sendiri. Namun secara garis besar penyebab
timbulnya stres adalah :
- Peristiwa Traumatik
Yaitu situasi bahaya ekstrim di luar pengalaman
manusia pada umumnya.
Peristiwa itu bisa berupa bencana alam, perang,
kecelakaan, atau pembunuhan.
Bagi seseorang
yang pernah mengalami situasi tersebut (tidak semua orang ikut merasakan) dapat
membuat ia terus teringat dan tidak bisa lepas dari memori situasi bahaya tersebut,
yang dapat membuat timbulnya stres. Kumpulan gejala berat yang menimbulkan
kecemasan akibat peristiwa traumatik biasa disebut gangguan stres pasca-traumatik. Gejalanya :
a)
Kondisi mati rasa pada dunia luar, merasa
terasingkan dan tersingkir dari orang lain.
b)
Kecendruan menghidupkan trauma secara
berulang-ulang dalam kenangan dan mimpi.
c)
Gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan kesiagaan
yang berlebihan.
2. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan
2. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan
Yaitu peristiwa yang tidak dapat kita atur
atau yang tidak kita inginkan.
Misalnya
ditinggal mati oleh orang yang kita cintai, terserang penyakit, dipecat, tidak
mendapat maaf dari teman.
Semakin besar
peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, semakin besar pula kemungkinan stres
yang ditimbulkan. Salah satu alasan mengapa hal itu dapat menyebabkan stres,
karena kita (manusia) tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.
3. Peristiwa
yang tidak dapat diperkirakan
Walaupun individu
tidak dapat mengendalikan stres, namun biasanya stres dapat dikurangi apabila
individu tersebut dapat memprediksikan munculnya peristiwa yang menyebabkan
stres.
Contoh : ketika
seseorang gugup untuk tampil di atas panggung, ia akan mencoba mengalihkan
perhatiannya untuk mengurangi kegugupannya tersebut.
4. Peristiwa
yang melampaui batas kemampuan
Contohnya
adalah: ketika siswa dihadapkan oleh suatu ujian yang menentukan kelulusan,
dimana siswa tersebut belajar lebih giat dan lebih lama dari yang biasa ia
lakukan. Aktivitas fisik dan intelektual yang berat ini dapat menimbulkan
stres, terlebih ada tekanan yang membayangi siswa tersebut untuk lulus.
5. Konflik
Internal
Selain faktor
eksternal, stres juga dapat muncul dari faktor internal yaitu konflik internal yang tidak terpecahkan,
baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Konflik ini
dapat terjadi apabila individu dihadapkan pada dua pilihan yang saling
bertolak-belakang. Contoh, ketika individu menentukan kuliah, ia menginginkan
jurusan sastra namun orang tua menuntutnya untuk masuk jurusan teknik. Atau ketika
medapatkan dua tawaran pekerjaan yang sama-sama menarik dan kita inginkan,
sehingga sulit menentukan pilihan.
Konflik seperti
inilah yang dapat menimbulkan stres, terlebih ketika ternyata pilihan yang kita
ambil salah kemudian merasa menyesal.
Menurut Atkinson, konflik yang
paling sulit dipecahkan dalam masyarakat biasanya terjadi pada motif-motif
berikut :
1. Kemandirian
lawan ketergantungan
Di satu pihak
kita memerlukan bantuan orang lain, tetapi di pihak lain kita dituntut untuk
mandiri dan bertanggung jawab sendiri.
2. Keintiman
lawan isolasi
Keinginan untuk
dekat dengan orang lain dan berbagi pikiran atau curhat, mungkin bertentangan
dengan rasa takut dilukai atau ditolak ketika kita terlalu terbuka dengan diri
kita sendiri.
3. Kerjasama
lawan persaingan
Persaingan telah
dimulai pada masa anak-anak, berlanjut ke masa sekolah, dan memuncak ketika
telah masuk kedunia profesional atau dunia kerja. Namun disisi lain kita juga
dituntut untuk dapat bekerjaa sama dan membatu orang lain.
4. Ekspresi
impuls dan standar moral
Contohnya di
masyarakat kita ketika seseorang mengalami penyimpangan seksual (menyukai
sesama jenis), individu tersebut ingin menunjukan diri seperti orang normal
lainnya, tetapi di pihak lain standar moral mengontrolnya (menyatakan itu
diluar moral).
- Reaksi Psikologis Terhadap Stres
Bagaimana kita
tau kita sedang merasakan stres? Biasanya seseorang yang sedang stres
memunculkan beberapa sifat atau kondisi diluar sifat normalnya seseorang. Ada
yang bersikap emosional ketika frustasi, adapula yang menjadi terlalu
melankolis dan membutuhkan situasi yang sepi untuk meredamkan stresnya.
Di luar hal itu reaksi seseorang
ketika sedang tres bisa juga tergambarkan oleh :
1. Kecemasan
Kondisi dimana
seseorang merasa kuatir, prihatin, tegang, dan takut ketika dihadapkan suatu
masalah.
2. Kemarahan
dan Agresi
Reaksi yang
timbul apabila upaya seseorang untuk mencapai tujuannya terhalangi.
3. Apati
dan Depresi
Jika kondisi
stres terus terjadi dan individu tidak bisa mengatasinya, maka apati menjadi
berat dan meningkat menjadi depresi.
4. Gangguan
Kognitif
Sulit berkonsentrasi
dan berpikir secara logis. Gangguan ini dapat berasal dari du sumber :
a)
Tingkat emosional yang tinggi
b)
Munculnya pikiran terus menerus yang mengganggu
dalam kinerja otank ketika berhadapan dengan stresor.
- Cara Menanggulangi Stres
Proses yang
ditempuh seseorang untuk menghadapi masalah yang menimbulkan stres dinamakan coping. Coping memiliki 2 bentuk
utama :
1. Strategi
Terfokus Masalah ( Problem Focus Coping)
Yaitu upaya
seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah secara spesifik yang telah
terjadi dan mencoba menemukan cara untuk mengubah atau menghindarinya.
Caranya antara
lain :
1)
Menentukan msalahnya
2)
Mencari pemecahan alternatif
3)
Menimbang-nimbang alternatif tersebut
4)
Memilih salah satu cara dan menjalankannya
Hasil penelitian
menunjukan strategi terfokus masalah dapat mempersingkat waktu dan efektif bagi
penderita depresi.
2. Strategi
Terfokus Emosi (Emotional Focus Coping)
Yaitu upaya
mencegah emosi negatif menguasi diri seseorang dan mencegah terjadinya masalah
yang tidak dapat dikendalikan ketika sedang stres.
a) Strategi
Perilaku : misalnya olahraga untuk mengalihkan masalah.
b) Strategi
Kognitif : dengan cara menyingkirkan untuk sementara pikiran tentang masalah tersebut. Bisa
juga dengan cara mengubah cara pandang seseorang akan masalah yang sdang
dihadapi.
c) Strategi Perenungan
(rumanative strategies) : dengan cara
mengisolasi diri unruk merenungkan perasaan, mengkuatirkan konsekuensi
peristiwa stres, atau keadaan emosional tanpa mengambil tindakan untuk
mengubahnya.
d)
Strategi
Pengalihan (distraction strategies)
à dengan melibatkan diri
dalam aktivitas misalnya menonton film, bercanda dengan teman-teman dan
melakukan hobi yang menyenangkan. Tujuannya pengalihan ini adalah untuk
menjauhlan diri dari pikiran nrgatif dan mendapatkan rasa percaya diri untuk
menyelesaikan masalah.
e)
Strategi
Penghindaran negatif à
aktivitas yang dapat mengalihkan kita dari mood, tetapi berbeda dari strategi
pengalihan. Biasanya penghindaraan ini
dilakukan dengan cara yang negatif, contoh mabuk-mabukan, ugal-ugalan di jalan.
*Catatan:
strategi
perenungan dan strategi penghindaran malah cenderung meningkatkan dan memperpanjang
mood yang tertekan (memperpanjang depresi).
Sedangkan
strategi pengalihan cenderung menurunkan dan mempersingkat mood yang tertekan
(menurunkan depresi).
Semoga informasi ini dapat
membantu kita dalam memahami apa yang sebenarnya kita rasakan dan bagaimana
cara mengatasi stres yang mungkin saja sedang kita alami. jika ada informasi
tambahan dan pertanyaan, jangan ragu-ragu untuk saling berbagi ^^
sumber: Basuki, A. M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
sumber: Basuki, A. M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
wih keren banget fanny, semoga jd psikolog yg shalihah yaaa aamiin allahuma aamiin :3
BalasHapusaamiiiinn :) nana juga ya, semoga bisa jadi psikolog seperti yang di cita-citakan
Hapus