Secara etimologi (menurut
asal-usul kata) kesusastraan berarti
karangan yang indah. “sastra” (dari
bahasa Sansekerta) artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian
“Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah”
amat luas maknanya. Sebuah cipta
sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama.
Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya. Ada
beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra, antara lain nilai-nilai
estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsionil.
Karya sastra merupakan sintesa dari adanya tesa dan anti tesa.
Tesa adalah kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Antitesa adalah sikap-sikap yang
bersifat subjektif dan intersubjektif. Sedangkan sintesa adalah hasil dari
perlawanan antara tesa dengan antitesa itu. Bersifat idealis, imajinatif dan
kreatif, berdasarkan cita-cita dan konsepsi pengarang.
Bentuk-bentuk Kesusastraan
Ada beberapa bentuk kesusastraan :
Ada beberapa bentuk kesusastraan :
§
Puisi
§
Cerita Rekaan (fiksi)
§
Essay dan Kritik
§
Drama
Cerita-cerita (fiksi) sering dibedakan atas tiga macam bentuk yakni : Cerita pendek (cerpen), novel, dan roman. Akan tetapi di dalam kesusastraan Amerika umpanya hanya dikenal istilah : cerpen (short story) dan novel. Istilah roman tidak ada. Yang kita maksud dengan “roman” dalam kesusastraan Amerika adalah juga “novel”.
Di Indonesia, dalam
perkembangannya karya sastra dibagi dalam beberapa angkatan. Hal ini karena,
pada masa tersebut karya-karya sastra Indonesia memiliki ciri dan tema yang
khas.
Angkatan Balai Pustaka (‘20-an)
Ciri – ciri Angkatan Balai Pustaka
1. Gaya penceritaan terpengaruh
oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu.
2. Masih menggunakan bahasa
klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih.
3. Menggambarkan tema
pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal
kawin paksa, permaduan.
4. Soal kebangsaan belum
mengemuka, masih bersifat kedaerahan.
5. Puisinya berupa syair
dan pantun
6. Isi karya sastranya
bersifat didaktis
7. Alirannya bercorak
romantik
Tokoh-tokoh dan karya antara lain
Ø Merari Siregar
|
|
Ø Marah Roesli
|
|
Ø Muhammad Yamin
|
|
Ø Nur Sutan Iskandar
|
|
Ø Tulis Sutan Sati
|
|
Ø Abdul Muis
|
|
Pujangga Baru (‘30-an)
Ciri-ciri Pujangga Baru
1. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
2. Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
3. Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
4. Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
5. Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
6. Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
1. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
2. Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
3. Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
4. Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
5. Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
6. Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokoh-tokoh dan karyanya antara lain
Ø
Sutan Takdir Alisjahbana
|
1.
Dian Tak Kunjung Padam (1932)
2.
Tebaran Mega -
kumpulan sajak (1935)
3.
Layar Terkembang (1936)
4.
Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
|
Ø
Hamka
|
|
Ø Armijn
Pane
|
|
Ø Sanusi Pane
|
1. Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
2. Kertajaya (1932)
|
Ø
J.E.Tatengkeng
|
1.
Rindoe Dendam (1934)
|
Angkatan 1945
Ciri-ciri Angkatan ‘45
- terbuka
- pengaruh
unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya
- bercorak
isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis
- sastrawan
periode ini terlihat menonjol individualismenya
- dinamis
dan kritis, berani
menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya
- penghematan
kata dalam karya
- lebih
ekspresif dan spontan
- terlihat sinisme dan sarkasme
Tokoh-tokoh dan karyanya antara lain
Ø Chairil Anwar
|
|
Ø Idrus
|
|
Ø Achdiat K. Mihardja
|
1. Atheis (1949)
|
Ø Utuy Tatang Sontani
|
|
Angkatan 1950 - 1960-an
Ø Pramoedya Ananta Toer
|
1.
Bukan Pasar Malam (1951)
2.
Di Tepi Kali Bekasi (1951)
3.
Perburuan (1950)
4.
Cerita dari Blora (1952)
5.
Gadis Pantai (1962-65)
|
Ø Nh. Dini
|
1.
Dua Dunia (1950)
2.
Hati jang Damai (1960)
|
Ø Sitor Situmorang |
1.
Dalam Sadjak (1950)
2.
Djalan Mutiara: kumpulan tiga
sandiwara (1954)
|
Ø Mochtar
Lubis
|
1.
Tak Ada Esok (1950)
2.
Jalan Tak Ada Ujung (1952)
3.
Tanah Gersang (1964)
|
Ø W.S. Rendra
|
1.
Balada Orang-orang Tercinta (1957)
2.
Empat Kumpulan Sajak (1961)
3.
Ia Sudah Bertualang (1963)
|
Ø Toha
Mochtar
|
1.
Pulang (1958)
|
Angkatan 1966 - 1970-an
Ø Taufik Ismail
|
1.
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
2.
Tirani dan Benteng
3.
Buku Tamu Musim Perjuangan
4.
Sajak Ladang Jagung
5.
Kenalkan
6.
Saya Hewan
7.
Puisi-puisi Langit
|
Ø Sapardi Djoko Damono
|
1.
Dukamu Abadi (1969)
2.
Mata Pisau (1974)
3.
Pengarang Telah Mati
|
Ø
Putu
Wijaya
|
1.
Bila Malam Bertambah Malam (1971)
2.
Telegram (1973)
|
Angkatan Reformasi
Ø Widji Thukul
|
|
Angkatan 2000-an
Ø Ahmad Fuadi
|
|
Ø Andrea Hirata
|
1.
Laskar Pelangi (2005)
2.
Sang Pemimpi (2006)
3.
Edensor (2007)
4.
Maryamah Karpov (2008)
5.
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
|
Ø Dewi Lestari
|
1.
Supernova 1: Ksatria, Puteri dan
Bintang Jatuh (2001)
2.
Supernova 2: Akar (2002)
3.
Supernova 3: Petir (2004)
4.
Supernova 4: Partikel (2012)
|
Ø Habiburrahman El Shirazy
|
1.
Ayat-Ayat Cinta (2004)
2.
Ketika Cinta Bertasbih 1-2 (2007)
3.
Dalam Mihrab Cinta (2007)
|
Sumber :
http://nesaci.com/pengertian-kesusastraan-dan-jenis-jenis-kesusastraan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar