Hai hai semua,
udah lama gak curhat-curhatan di blog ini. Maka dari itu, kali ini aku akan
sedikit curhat tentang apa yang lagi gue rasain. Santai-santai, bukan masalah
percintaan dan kawan-kawannya ko, tapi ini merupakan masalah serius yang akan
kalian hadapi kalau sudah mendekati akhir kelas 3 SMA. YAP ! apa lagi kalau
bukan masalah memilih Universitas.
Sebenarnya ini
nyambung dengan post-an gue sebelumnya tentang minat bakat gue yang belum “diketemukan”
. Dari sisi itu saja udah buat gue bingung. Beberapa macam artikel yang gue
baca, selalu menempatkan minat dan bakat di urutan paling atas untuk memilih Universitas
idaman, karena kalau tidak sesuai dengan apa yang kita suka nanti kuliah kita
jadi ogah-ogahan. Dan inilah masalahnya, apa yang membuat gue benar-benar
tertarik ??? -__-
Kalau di
ingat-ingat, dari kecil gue pengin banget jadi dokter (seperti kebanyakan anak
kecil lainnya). Umur semakin bertambah, mulai ada minat minat lainnya Guru,
Dokter hewan, Dosen, Psikolog, sampai jadi tim kesehatan nya sepak bola
favorite gue ._. (ini serius). Tapi, semakin banyak pilihan, semakin
bingung juga untuk memilih. Benar sekali ungkapan
“Hidup itu pilihan, dan pilihan ada di tangan kita”Sedangkan tangan kita ada 2, jadi kita akan selalu bertemu yang namanya pilihan. Kanan atau kiri, maju atau mundur, melangkah atau berhenti, suka atau tidak suka, bergerak atau diam. Semua nya pilihan dan semuanya butuh pertimbangan.
Ngomong-ngomong
soal pertimbangan, ini juga sisi yang membuat gue bertambah bingung. Gue adalah
tipe orang yang “deep thinking”. Hal besar maupun hal kecil di pikirin. Istilah
gampangnya terlalu banyak perhitungan. Kalau yang gue baca sih ini memang
tipe bawaan dari golongan darah gue yang A. Entah deh benar atau tidak ._.
Contohnya saja
adalah, di awal SMA gua pengen jadi psikolog. Orang tua gue masih setuju-setuju
aja. Saat di kelas 3, orang tua gue mulai memberikan pendapat. Seperti kebanyakan
orang tua lainnya pertanyaan yang muncul pasti “Nanti kerjanya apa ?”. Setelah
gue jelaskan orang tua gue mulai paham dan bisa terima. Memasuki pertengahan
semester, ibu gue dan beberapa saudara-saudara gue memberikan saran yang
intinya gue masuk kedokteran aja. Di kasih pilihan begitu sih gue seneng-seneng
aja karena memang gue juga tertarik untuk menjadi dokter. Kemudian keluarlah
nilai semester 5, mulai memperhitungkan lagi . kalau lewat jalur undangan
sepertinya tidak cukup nilai yang gue peroleh untuk masuk kedokteran. Kalau lewat
jalur tes in syaa allah bisa diperjuangkan, tapi biaya nya lebih besar daripada
yang lewat undangan. Dapat info seperti itu gue mulai gak tega sama orang tua
gue. Oh iya, gue itu anak kedua dan kakak gue juga lagi kuliah di perguruan
tinggi swasta yang notabene kata orang biaya nya lebih mahal dari perguruan
tinggi negeri sedangkan gue bukanlah dari keluarga kaya. Dari situ gue mencari
jurusan-jurusan alternatif untuk jalur undangan yang siapa tahu nilai gue
selama 5 semester ini bisa laku di salah satu Universitas Negeri dan bisa
meringankan beban biaya untuk orang tua gue.
Dari situ gue
mulai mencari info beasiswa-beasiswa. Tapi kebanyakan beasiswa yang ada
menitikberatkan untuk calon MABA dari keluarga kurang mampu dan persyaratannya
ketat. Kemudian gue mulai cari info beasiswa lainnya, sampai info beasiswa ke
luar negeri. Ya, gue sangat tertarik untuk belajar di luar Indonesia. Bukan
karena gue meragukan kualitas pendidikan di Indoneisa, namun yang gue pikir hal
ini untuk sekedar cari pengalaman dan
memperbanyak “link” pertemanan. Dan siapa tau ilmu yang gue dapat bisa berguna
untuk Indonesia kedepannya (aamiin). Tapi ada satu masalah mendasar yang
mengganjal gue, kemampuan bahasa inggris gue yang pas-pasan -_- ini nih yang
membuat gue pesimis duluan. Tapi boleh lah coba daftar-daftar, siapa tahu
rezeki nya di situ hehehehe.
Kemudian ada
lagi masukan dari A, B, C, D, dan lain-lain. Yang bilang pikirkan nanti
kedepannya, kerja nya apa, yaa semacam itulah. Tapi gue kurang setuju sama
orang yang memberi pandangan dengan kata-kata “Jangan masuk jurusan ini, nanti
mau jadi apa ? kerjanya gmna ? biasanya gaji nya kecil kalau kerja itu”. HEI !
dunia ini bukan sekedar mencari uang, gue gak munafik kalu kita itu memang
butuh yang namanya uang, tapi yang seharusnya menjadi fokus utama kita saat
kuliah itu untuk mendapatkan ilmunya. Sekali lagi ILMU. Rezeki kita sudah ada
yang mengatur, kalau saat kuliah yang kita pikirkan hanyalah “Lulus-kerja-cari
duit sebanyak-banyaknya” takutnya malah gak berkah nanti. Karena niatnya untuk
duniawi. Mungkin dulu gue juga berfikiran seperti itu, Kalo gue masuk jurusan
ini nanti gue kerja apa ? penghasilan gue gimana ? apa cukup buat nanti ketika
gue sudah berkeluarga ?. Tapi semakin kesini gue semakin sadar bukan itu tujuan
utama kita. Di tambah di agama gue yaitu Islam yang di utamakan itu Ilmu yang
bermanfaat bukan harta sebanyak-banyaknya. Kalau menurut gue sih yang pas itu
Kuliah-dapat ilmu-ilmunya bermanfaat-ilmunya bisa diterima, kerjaan akan datang
sendiri nantinya.
Dan
akhirnya.... gue masih aja bingung mau mendaftarkan nama gue di jurusan apa hehehe
. Doakan saja semoga hati gue makin di tetapkan sama ALLAH SWT untuk memilih
dan menentukan mana yang terbaik untuk gue, keluarga, dan orang-orang di
sekitar gue. Aamiin...
0 komentar:
Posting Komentar