Dengan segera ia mencari gadisnya itu.
Rumah sakit ini bukanlah rumah sakit yang besar, ia yakin gadisnya tidak akan
jauh dari situ. Benar saja, pemuda itu menemukan gadisnya sedang di taman
terguyur hujan.
“Hei..
sedang apa di situ ? cepat kembali ke dalam. Nanti kamu sakit”
“Bukankah
aku memang sedang sakit ?”
“Kamu
bicara apa. Ayo cepat masuk kedalam. Kita pulang”
“Sebentar,
aku masih ingin di sini”
Pemuda itu memandang heran gadisnya.
Apa gadis mungilnya itu telah ingat kebiasaan lamanya ini ?
“Aku
ingin bertanya satu hal padamu”
“Tanyakan
saja”
“Apa
yang telah kamu lakukan padaku ?”
“Maksudmu
?”
“saat
terapi tadi aku mengingat sesuatu. Aku dan kamu sedang di satu mobil, lalu aku
menjerit kencang. Apa yang kamu lakukan padaku ?”
Hening. Suara hujan menjadi latar
dalam keheningan yang di buat keduanya. Pemuda itu tidak bisa menjawab.
“Kenapa
?”
“Tidak
aku hanya.. aku hanya sulit menceritakannya”
“Aku
akan menunggumu cerita”
“Hmm..
oke aku mengaku aku salah. Aku yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini. Maaf
kan aku karena sejak awal tidak menceritakan kepadamu “
“Mengapa
kamu tidak menceritakannya padaku ?”
“Mana
mungkin aku bisa menceritakan kejadian itu kepadamu. Kamu tidak boleh dipaksa
untuk mengingat apalagi diceritakan hal yang akan membuatmu terguncang.”
“Atau
dengan kata lain kamu sengaja menutupi kejadian itu.”
“Percayalah,
aku melakukan ini untuk melindungimu. Aku tidak ingin melukaimu lebih dalam
lagi. Sudah cukup rasa menyesal yang selama 4 bulan ini menghantuiku. Aku tidak
ingin membuat kamu membenciku”
“Aku
tidak akan membencimu”
“Belum
lebih tepatnya. Kamu boleh membenciku, aku mementingkan kesehatanmu dulu itu sebabnya aku tidak cerita tentang
kejadian itu. Sekalipun nantinya, aku harus membayarnya dengan rasa bencimu dan
rasa kehilangan sepanjang hidupku.”
Hujan kembali menjadi pengisi keheningan
mereka berdua. Satpam berbaju putih hitam yang sedari tadi meneriaki mereka
untuk masuk kedalam rumah sakit pun akhirnya menyerah. Membiarkan sepasang
kekasih itu mengobrol di bawah hujan.
“Apa
dulu kita sepasang kekasih ?” tanya gadis itu setelah diam cukup lama.
“Iya,
dulu kita saling memliki satu sama lain. Dulu kita adalah pasangan paling
bahagia di dunia. Aku hanya milik kamu dan kamu hanya milik aku”
“Benarkah
dulu kita sebahagia itu ?”
Pemuda itu mengambil tangan sang gadis
dan menggenggamnya.
“Apa
kamu tidak bisa merasakannya ? lenganku
mungkin dapat putus, tetapi genggaman tanganku tak kan pernah lepas. Aku akan
selalu ada untukmu. Dalam kondisi apapun. Aku siap berkorban apa saja untukmu.
“Apa kamu ingat, waktu dulu kita pernah pergi
ke Bandung. Saat itu hujan turun deras. Aku memberhentikan mobil untuk membeli
minuman hangat dan saat aku kembali kamu sudah tidak ada di mobil. Aku panik
karena kamu tidak ada di sekitar tempat itu. Setelah hampir setengah jam
mencarimu ternyata kamu sedang bermain dengan hujan di taman yang lumayan jauh
dari tempat itu.
“Disaat itu aku berjanji pada diriku sendiri,
aku tidak akan meninggalkan kamu sendiri. Dalam kondisi apapun. Aku akkan
melindungi kamu sepenuhnya. Aku akan terus berada disisimu bahkan dalam kondisi
mu yang seperti ini.”
“Apa ini cuma sebagai rasa bersalah kamu kepada
ku saja ?”
“Gadisku yang manis, aku memang merasa bersalah
dengan apa yang kamu alami sekarang. Tapi janji ku itu dibuat sebelum semua ini
terjadi. Janji itu dibuat dengan kesadaran ku penuh. Karena aku sayang padamu.
“Sudah banyak kejadian yang kita lalui bersama,
aku tidak akan semudah itu melepaskan kisah itu begitu saja. Apa tidak ada
satupun yang bisa kamu ingat ? apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa mulai
memunculkan memori itu lagi ?”
Gadis
mungil itu menjatuhkan dirinya di pelukan sang pemuda. Sang pemuda hanya diam,
terkejut dengan reaksi gadis di pelukannya.
“Apa kamu sudah mengingatnya ?”
“Tidak, Aku tidak ingat. Bukankah kamu sendiri
yang bilang aku tidak perlu mengingat ? Katamu aku hanya perlu merasakan. Maka
inilah yang aku rasakan. Kamu... hangat”
Senyum
pemuda itu mengembang. Di bawah rintikan hujan, Ia membalas memeluk tubuh kecil
yang berada di dekapannya. Iya merasa setelah ini semua akan lebih baik. Memang
semua butuh waktu. Yang kini mereka butuhkan hanyalah merasakan satu sama lain.
Rasakan semua kasih atau pedih, amarah atau asmara, segalanya indah jika memang
tepat pada waktunya. Dan pemuda itu yakin, ia dan gadisnya tinggal menunggu
waktu yang tepat untuk kembali bahagia seperti yang dulu mereka rasakan.
-FIN-